Kerja sama ini bagian dari rencana pengembangan mobil listrik di Indonesia. Salah satu yang paling krusial adalah penyediaan infrastruktur pendukung kendaraan listrik, yaitu tempat pengisian listrik atau charge. Salah satunya tersedia di lapangan parkir BPPT Thamrin serta Puspitek Serpong, hingga yang disiapkan oleh PT PLN. PLN sudah menyiapkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 10 titik di Jakarta, Bandung, Banten Jogja, Semarang, Medan yang lokasinya ada di mal-mal.
Namun, ketersediaan lokasi pengisian listrik saja tidak cukup, butuh teknologi yang mumpuni agar program pengembangan mobil listrik bisa cepat. Selama ini tantangan pengembangan mobil listrik adalah kemampuan baterai menyimpan daya listrik dan tak kalah penting adalah waktu pengisian yang lebih cepat tanpa harus berjam-jam.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menantang agar BPPT sebagai salah satu pengembang agar bisa mengembangkan teknologi untuk mempercepat pengisian daya listrik. Saat ini, fast charging yang bisa dilakukan selama 30-40 menit.
"Saya dapat kabar di Finlandia pengisian cepat 7 menit. BPPT saya challenge apa yang bisa dilakukan," katanya.
Menurut Luhut, BPPT memiliki potensi untuk mengembangkan lebih jauh teknologi pendukung mobil listrik. "BPPT jangan hanya nama besar dulu lah. Pak Habibie sudah menciptakan itu. Kumpulkan orang-orang pintar," paparnya.
Luhut meminta BPPT jangan ragu untuk meminta bantuan dari pihak lain agar mengalami kesulitan, termasuk dari institusi pendidikan "Liat di ITB UGM, UI, lihat anak-anak mudanya. yang IP-nya bagus-bagus. Bidang studi engineer. Misal kita kirim 22 dikirim ke China untuk S2. Mereka ke sana, saya bilang curi ilmu teknologi mereka," kata Luhut.
(hoi/hoi)
"teknologi" - Google Berita
October 16, 2019 at 08:37PM
https://ift.tt/2ORxj9C
Mau Fast Charging 7 Menit, Luhut Dorong Curi Teknologi China - CNBC Indonesia
"teknologi" - Google Berita
https://ift.tt/2oXVZCr
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mau Fast Charging 7 Menit, Luhut Dorong Curi Teknologi China - CNBC Indonesia"
Post a Comment