KOMPAS.com - Fenomena post-truth belakangan ini menjadi marak diperbincangkan oleh kalangan peneliti sosial. Hal ini menjadi daya tarik bagi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) untuk mempelajarinya.
Menurut kamus Oxford, post-truth adalah kata sifat yang berkaitan dengan keadaan individu merespons lebih banyak menggunakan perasaan dan keyakinan daripada fakta.
Bahkan frasa tersebut menjadi word of the year dari kamus Oxford pada 2016. Fenomena post-truth muncul dalam peta politik dunia semenjak satu dekade terakhir, termasuk Indonesia.
Fenomena ini menjadi salah satu pembahasan dalam kegiatan General Assembly and The Third International Symposium of JSPS Alumni Association of Indonesia pada Kamis 31 Oktober di Bogor, Jawa Barat.
Baca juga: LIPI Kembangkan Produk Ramah Lingkungan dari Komponen Utama Kayu
Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa fenomena post-truth tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya teknologi yang mendukung proses komunikasi politik.
"Pola ini terjadi sepanjang sejarah bangsa kita," kata Handoko di Bogor, Kamis (31/10/2019).
Menurut Handoko, dalam satu dekade terakhir ketika penetrasi internet dan peralatan komunikasi sudah menjadi bagian kehidupan dari bangsa kita, peta politik dan gaya komunikasi yang digunakan berubah dari proses satu arah menjadi cara komunikasi yang interaktif.
“Pada masa perjuangan kemerdekaan teknologi percetakan, sistem pengiriman jasa pos, telegraf, audio dan radio elektronika mendukung proses komunikasi politik sehingga melahirkan identitas kebangsaan,” ujarnya.
Baca juga: LIPI Kembangkan Produk Pangan Fungsional, Cegah Stunting dan Obesitas
Handoko menjelaskan, imbas dari teknologi itulah yang memungkinkan proses interaktif adalah munculnya post-truth sebagai cara komunikasi politik yang fenomenanya mendunia.
“Fenomena tersebut pun muncul di Indonesia dengan berbagai media komunikasi sehingga memunculkan istilah Hoax, Bot, dan Cyber Army yang kita kenal saat ini," ucap dia.
Sejarah post-truth
Sejarah kronologis munculnya post-truth berawal dari teknologi yang digunakan serta pembahasan ilmiah atas fenomena yang muncul.
Tidak hanya itu, juga ada pemanfaatan teknologi terkini seperti Big Data, Artificial Intelligence, dan cara komunikasi micro-targeting seperti dibicarakan pada General Assembly and The Third International Symposium of JSPS Alumni Association of Indonesia.
Baca juga: LIPI Kenalkan ddPCR untuk Bantu Kebutuhan Riset Bioteknologi
Oleh sebab itu, LIPI menganggap persoalan fenomena post-truth juga harus menjadi kajian yang penting dilakukan oleh negara Indonesia, mengingat komunitas politik di Indonesia yang semakin beragam dan sangat hangat.
“Diharapkan kegiatan ini membuka peta politik dan cara pandang baru serta pentingnya studi lintas disiplin untuk menyikapi fenomena tersebut untuk meningkatkan kualitas komunikasi politik demi terciptanya ekosistem demokrasi yang sehat,” ujar Handoko.
Selain post-truth, kegiatan juga membahas bidang keilmuan yang beragam di bidang sains dan teknologi seperti material maju, kesehatan, keamanan pangan, lingkungan dan perekonomian global.
"teknologi" - Google Berita
November 03, 2019 at 10:07AM
https://ift.tt/2N9UmuS
LIPI: Fenomena Post-truth Erat Kaitannya dengan Komunikasi Politik dan Teknologi - Kompas.com - Sains Kompas.com
"teknologi" - Google Berita
https://ift.tt/2oXVZCr
Bagikan Berita Ini
0 Response to "LIPI: Fenomena Post-truth Erat Kaitannya dengan Komunikasi Politik dan Teknologi - Kompas.com - Sains Kompas.com"
Post a Comment