Search

Investasi Teknologi Berkembang Pesat - Investor Daily

JAKARTA, investor.id - Perkembangan pesat teknologi disadari mampu mengubah perilaku konsumen serta memberikan keuntungan lebih besar bagi perusahaan. Bahkan, investasi teknologi di Indonesia berkembang secara fenomenal, melebih proyeksi paling optimistis sekali pun

Hal itu disampaikan oleh CEO PT Lippo Karawaci Tbk yang juga Presiden Komisioner PT Siloam International Hospitals Tbk sekaligus Direktur Eksekutif di Lippo Group John Riady, dalam acara bertajuk Indonesia Private Equity-Venture Capital (PE-VC) Summit 2020 di Jakarta, Rabu (15/1).

Menurut John, Lippo Group ingin menjadi yang terdepan dalam membangun perubahan di Indonesia lewat teknologi. Dikatakannya, investasi teknologi di Indonesia berkembang secara fenomenal, bahkan melebih proyeksi paling optimistis.

Lippo pun mulai menanamkan investasi pada teknologi tahun 2011 serta menjadi investor awal di Grab Indonesia.

“Saya menyadari teknologi memungkinkan perubahan luar biasa dalam perilaku konsumen. Perubahan didorong dan dimungkinkan lewat teknologi. Kami ingin menjadi terdepan dan pusat untuk perubahan itu,” kata John.

Acara tersebut digelar oleh DealStreetAsia, yaitu platform berita online yang berfokus pada investasi, merger, dan akuisisi, private equity, modal ventura (venture capital), investasi perbankan, dan perusahaan rintisan berbasis teknologi (start-up) di kawasan Asia.

PE-VC dihadiri oleh lebih dari 100 delegasi dari berbagai negara, termasuk Jepang, India, Korea Selatan, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Hong Kong. Pembicara mencakup 41 orang, antara lain dari Northstar Group, Grab, Gojek, OVO, RedDoorz, Traveloka, Bukalapak, East Venture, TaniHub, dan Kopi Kenangan.

John melanjutkan, Lippo Group mempunyai dua fokus bisnis, yaitu inti dan strategis. Bisnis inti terdiri dari real-estate (permukiman) dan kesehatan. Sedangkan bisnis strategis, salah satunya adalah teknologi. Menurutnya, semua bisnis itu dijalankan secara pragmatis untuk menciptakan nilai dan membangun sesuatu.

Menurut dia, Lippo pada awalnya berinvestasi untuk mengembangkan perdagangan secara elektronik (e-commerce) Matahari Mall. Namun diakuinya, hal tersebut tidak cukup sukses karena terlambat. Selanjutnya, John menyampaikan ide mendirikan perusahaan pembayaran digital yang saat ini dikenal sebagai dompet digital, yakni OVO.

“Kami beruntung menjadi yang pertama membangun itu (pembayaran digital OVO) dan sukses,” katanya.

John menyebut peluang semakin besar saat Grab ingin meluncurkan pembayaran digital sendiri. Akhirnya, kolaborasi Grab dan OVO telah mendorong pertumbuhan dengan transaksi-transaksi kecil.

Selanjutnya, OVO juga bekerja sama dengan Tokopedia, sehingga semakin memperluas ekosistem bisnis. “Perusahaan teknologi mempunyai cara yang nyata mengubah perilaku konsumen, jadi menambah nilai dalam kehidupan kita,” ujar John.

Sementara itu, Kepala Keuangan OVO Sharly Rungkat mengatakan, pembayaran digital mendorong terciptanya transparansi dan efektivitas pelaporan kepada pemerintah. Pembayaran digital juga otomatis membuat efisiensi karena tidak perlu mencetak uang.

“Saya pikir, masyarakat cashless (tanpa uang tunai) adalah evolusi penting untuk Indonesia,” kata Sharly.

Di sisi lain, dia mengakui, pembayaran digital juga bisa mendorong gaya hidup yang boros karena masyarakat seolah tidak merasa telah mengeluarkan uang. Itu sebabnya, menurut dia, penting untuk meningkatkan literasi keuangan di tengah masyarakat Tanah Air.

“Tidak terasa, kita keluarkan uang pakai handphone. Jadi, ini tanggung jawab kita (OVO) juga untuk memberikan literasi keuangan kepada orang-orang. Kalau ada uang di OVO, kita dorong untuk investasi,” ujarnya.

Investasi

Sementara itu, Co-Founder dan Managing Partner dari Northstar Group, yaitu perusahaan ekuitas swasta berbasis di Singapura yang mengelola lebih dari US$ 2 miliar, Patrick Walujo, mengatakan, kesuksesan dari bisnis start-up ditopang oleh model bisnis dan karakter dari pendirinya.

"Hal penting lainnya adalah pendiri bisnis harus mampu menemukan investor yang benar-benar bisa membantu mereka," tutur Patrick.

Pemimpin Redaksi DealStreetAsia, Joji Thomas Philip, mengatakan, start-up teknologi di kawasan Asia Tenggara telah mengalami perkembangan sangat pesat dalam satu dekade terakhir. Pada 2010, total valuasi start-up di Asia Tenggara jika digabungkan masih kurang dari US$ 100 juta.

Namun, pada awal 2020, start-up di Asia Tenggara telah mencakup 11 unicorn dengan valuasi masing-masing minimal US$ 1 miliar. Pada akhir tahun ini, ada sekitar 100 perusahaan start-up diproyeksikan dengan taksiran valuasi masing-masing lebih dari US$ 100 juta hingga US$ 1 miliar.

Sumber : Suara Pembaruan

Berita Terkait

Let's block ads! (Why?)



"teknologi" - Google Berita
January 15, 2020 at 09:23PM
https://ift.tt/30nPVBP

Investasi Teknologi Berkembang Pesat - Investor Daily
"teknologi" - Google Berita
https://ift.tt/2oXVZCr

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Investasi Teknologi Berkembang Pesat - Investor Daily"

Post a Comment

Powered by Blogger.