KOMPAS.com - Wabah virus corona atau Covid-19 yang menyebar di seluruh penjuru dunia ini tak kunjung usai. Tak heran jika banyak rumah sakit kekurangan alat pelindung diri (APD) atau alat bantu pernapasan.
Terkait alat bantu pernapasan atau ventilator, Tim Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan " Airgency: Emergency Automatic Bag-Ventilator".
Ini adalah sebuah ventilator portabel untuk menangani pasien Covid-19 dengan menggunakan teknologi ambu-bag (kantong udara).
Baca juga: Ventilator Pernapasan Pasien Covid-19 Buatan UNS Dirancang Khusus
Untuk pasien tahap III
Melansir laman resmi ITB, Airgency merupakan inovasi yang dikembangkan sebagai penanganan yang ditujukan kepada pasien Covid-19 yang telah berada di tahap tiga.
Atau tahap paling kritis, di mana pasien telah mengalami disfungsi paru-paru yang menyebabkan pasien tidak dapat bernapas dan membutuhkan alat pernapasan bantu otomatis.
Dipilihnya teknologi ambu-bag karena lebih murah dan dapat diproduksi dalam jumlah massal. Jika dibandingkan dengan ventilator lain yang memiliki harga mencapai ratusan juta, ventilator ITB dengan ambu-bag harganya jutaan rupiah saja.
Adapun Tim Dosen ITB yang mengembangkan alat tersebut di antaranya , Christian Reyner M.T., Dr. Khairul Ummah, Dr. Yazdi I. Jenie, dan Dr. Djarot Widagdo dari FTMD ITB, serta Muhammad Ihsan dari FSRD ITB.
Dalam proses perancangannya, tim bekerja sama dengan PT. BETA (Bentara Tabang Nusantara). Sebelum melakukan perancangan Airgency, Tim Dosen ITB terlebih dahulu berdiskusi dengan tim dokter dari Universitas Padjadjaran dan Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Bekerja otomatis
Menurut Dr. Yazdi, teknologi ventilator dengan ambu-bag sebenarnya telah digunakan di RSHS namun dalam aplikasinya petugas medis harus menekan ambu-bag terus menerus untuk membantu pernapasan pasien.
Jika hal itu terus menerus dilakukan, maka dapat menyebabkan kelelahan pada petugas medis dan risiko terpapar Covid-19 menjadi lebih tinggi.
Oleh karena itu fokus pada alat Airgency adalah membuat teknologi ventilator dengan ambu-bag yang otomatis dalam pengaplikasiannya dan dapat ditujukan bagi pasien yang harus berpindah ruangan dan tetap menggunakan ventilator.
"Untuk cara kerja Airgency dilakukan dengan menekan ambu-bag di awal lalu mengatur kinerja Airgency," ujar Dr. Yazdi seperti dikutip dari laman ITB, Sabtu (25/4/2020).
Terdapat tiga pengaturan utama Airgency, antara lain:
- pengaturan volume tidal
- pengaturan rasio inhale dan exhale
- pengaturan tekanan
Baca juga: Akademisi UGM: Efektivitas Masker Kain Rendah, Solusinya...
Dilengkapi berbagai fitur
Selain itu dalam Airgency terdapat fitur keselamatan untuk mendeteksi kegagalan mekanik yang nantinya akan menampilkan trigger warning apabila terjadi kegagalan.
Airgency ini juga dilengkapi dengan fitur backup battery sehingga apabila terjadi hubungan pendek arus listrik atau ada kerusakan sumber daya maka sumber daya Airgency akan langsung tergantikan dengan sumber daya baterai.
Tak hanya itu saja, Airgency juga dilengkapi dengan sistem sensor tekanan untuk mengetahui tekanan yang masuk ke paru-paru manusia dan ada fitur deteksi pernapasan.
Terdapat dua pilihan mode pada Airgency yaitu:
- mode normal by default yang artinya Airgency akan memiliki cara kerja seperti automatic resusitator.
- Assisted Breathing Mode untuk membantu pasien yang mengalami kesulitan bernapas dengan adanya pengaturan penggunaan saat pasien ingin bernapas dengan bantuan Airgency.
Dalam tahap sertifikasi
Christian Reyner menambahkan, proses perancangan desain Airgency dilakukan dalam kurun waktu 1-2 minggu sampai pada tahap pembuatan purwarupa dengan melakukan iterasi sebanyak 10-20 kali hingga didapatkan purwarupa Airgency yang paling tepat.
Saat ini, purwarupa Airgency dalam tahap sertifikasi oleh BFPK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan) Kemenkes RI, tim dokter Universitas Padjadjaran, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama 1-2 minggu.
"Setelah lolos sertifikasi, selanjutnya akan dilakukan produksi sebanyak 10-20 Airgency yang siap digunakan. Untuk pembuatan Airgency dengan skala cukup kecil akan dibutuhkan satu minggu," katanya.
Rencana ke depan setelah lolos uji sertifikasi, Airgency akan diuji klinis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung kemudian akan mulai diproduksi untuk digunakan di rumah sakit di Bandung dan sekitarnya.
Namun tidak menutup kemungkinan pula Airgency akan diproduksi ke daerah yang mengalami kekurangan alat medis dalam penanganan kasus Covid-19.
Baca juga: Begini Peta Persebaran Corona di Jatim Ciptaan Akademisi ITS
"teknologi" - Google Berita
April 26, 2020 at 12:02PM
https://ift.tt/2yLUvzW
Tim Dosen ITB Kembangkan Ventilator Portabel Teknologi "Ambu-Bag" - Kompas.com - KOMPAS.com
"teknologi" - Google Berita
https://ift.tt/2oXVZCr
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tim Dosen ITB Kembangkan Ventilator Portabel Teknologi "Ambu-Bag" - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment